Trakteer

Cerita Sebelum Tidur

Sudah hampir tengah malam, aku masih belum bisa tidur, masih tenggelam dalam novel yang baru saja kubeli tadi sore.
Ceritanya menarik, cerita salah satu orang yang paling berpengaruh dalam perkembangan Islam setelah Rasulullah SAW. Cerita yang sungguh-sungguh menggugah rasa kekagumanku atas arti  kepemimpinan dan keteguhan hati. Beliau adalah khalifah Abubakar Ash-Shiddiq. Beliau merupakan pendamping serta sahabat Rasulullah yang paling Beliau sayangi dan percayai. Beliaulah yang membantu Rasulullah mengobarkan semangat kaum muslimin ditengah-tengah badai peperangan, beliau pandai mengambil simpati hati umat muslimin dengan ketegasan dan kelembutan hatinya.
Dari sini aku berpikir tentang kira-kira kata apa yang diucapkan beliau saat itu? Aku suka kata-kata: kata-kata punya kekuatan. Kata-kata dapat membuatmu merasa sakit dan begitu juga dapat menyembuhkan rasa sakit. Tapi disinilah arti pentingnya sebuah kata. Kata hanya akan memiliki sebuah kekuatan apabila kita yang memberikannya. Dan jika kekuatan yang kita berikan padanya sangat kuat, maka bila kata disusun menjadi sebuah buku, akan menakjubkanlah buku tersebut.
Apa saja yang ditulis disepanjang sejarah umat manusia memilki kekuatan karena seseorang telah membacanya. Membaca dan meyakininya. Namun sayangnya, kita seringkali mendapatkan banyaknya bagian dari buku-buku yang telah disunting ulang, direvisi ulang oleh seseorang yang memiliki kepentingan tertentu didalamnya. Kita seringkali dijauhkan oleh kata-kata yang telah dengan mudahnya disalahartikan dan disalahgunakan serta telah menyimpang dari arti sebenarnya.
Aku menggunakan Al-Qur’an sebagai buku yang aku tahu inilah buku yang tidak ada satu huruf pun berubah sejak diturunkan 1400 tahun yang lalu (meskipun sampai saat ini aku masih mempelajari isinya). Buku ini menunjukkan cara  bagi kita untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Saya pun yakin begitu pula dengan apa yang telah ditulis didalam ajaran konfusius, Injil, Lao-Tze, dan Taurat.
Tapi mulai dari sini bergantung pada kita, apakah kita mau menggunakan pemberian ini sesuai dengan tujuannya. Daripada memfokuskan diri pada orang-orang yang berada diluar keyakinan kita, kita sebaiknya melihat kedalam diri kita sendiri dan berusaha untuk menjadi seorang yang hidup sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh buku-buku yang menakjubkan ini.
Buku – buku hebat ini menyediakan pemecahan terhadap berbagai macam masalah dengan sebuah penjelasan rasional mengenai cara mengatasinya. Sekarang bayangkanlah, sudah jutaan nyawa melayang dari inang fisiknya karena buku-buku diatas. Tentu saja itu bukanlah kesalahan dari buku tersebut, itu hanyalah sebuah buku; yang hanya akan memiliki kekuatan apabila ada yang memberikan kekuatan padanya. Apakah kekuatan itu datang dari rasa cinta dan toleransi? Atau datang dari rasa benci dan rasa takut?  Apakah benar kita belajar dari buku tersebut? Atau apakah kita telah menyalahartikannya? Apakah kita telah mengikuti ajaran ditiap halamannya? Atau apakah kita hanya mengambil sepenggal-sepenggal bagian buku tersebut yang merefleksikan ide-ide kita?
Apabila kita benar – benar memahami keseluruhannya, tanpa mengambil sepenggal-sepenggal bagian didalamnya. Kita akan menemukan bahwa, “ AGAMA TIDAKLAH MEMBUNUH SESEORANG, SESEORANG-LAH YANG TELAH MEMBUNUH SESEORANG”.
Begitu banyaknya orang-orang yang mengatasnamakan agama untuk mendukung ide-ide mereka, lalu mengambil bagian perbagian dari ajaran tertentu dan menyalahartikannya tanpa melihat bagian lain yang saling berkaitan.
Seandainya saja kita kembali seutuhnya tanpa dilandasi perasaan benci dan tanpa mencari pembenaran atas apa yang telah kita alami, tidak akan ada doktrin-doktrin menyesatkan yang timbul dan membuat keresahan dalam kehidupan umat beragama. Semoga saja hal ini bisa terwujud. Amin.
Mohon Aktifkan Javascript!Enable JavaScript